Minggu, 04 Maret 2012
Mobil Esemka dan Momentum Penguatan Produk Lokal
Sampai kini, demam mobil esemka rakitan anak-anak siswa sekolah
menengah kejuruan (SMK) tetap aktual dibibir presenter televisi dan masih pula jadi bagian berita penting media massa. Ya.., betapa tidak, walaupun mereka hanya merakit, paling tidak mereka (anak-anak SMK) itu sudah menunjukkan karya dan keahliannya.
Boleh saja bahan dan alat untuk merakit sebuah mobil memang masih ada yang import dari negeri orang, tetapi sebagian sudah diproduksinya sendiri. Tentu sebagai bangsa ada kebanggaan tak terkira dengan karya anak-anak SMK yang sudah mampu menciptakan alat transportasi murah.
Anak-anak sekolah menengah kejuruan itu tidak sendiri dalam berkarya. Gayung bersambut, Walikota Solo, Joko Widodo memberi apresiasi luar biasa atas karya anak bangsa itu. Jokowi (nama popluer Joko Widodo) menyatakan mengganti mobil dinas, sedan impor, dengan mobil buatan pelajar SMK tersebut. Menurut Jokowi, mobil barunya ini karya anak bangsa kebanggaan Indonesia.
Jokowi membentangkan karpet merah bagi inspirator dan kreator muda itu dengan ungkapan: "Ini karya anak bangsa yang sangat membanggakan mulai sekarang saya gunakan mobil buatan siswa SMK ini jadi mobil dinassaya akan jadi yang pertama memakai mobil buatan anak bangsa. Kualitas, bentuk atau desainnya juga tak kalah dengan mobil iimpor.
"Saya dan pak wakil walikota akan memilih mobil ini sebagai mobil dinas. akan saya coba pakai intinya saya ingi mengapresiasi semangat dan kreatifitas anak-anak SMK ini," ujar Jokowi (www.voanews.com)
Jokowi tidak sekadar berwacana. Pemerintah kota Solo Jawa Tengah, mulai memakai berbagai produk karya pelajar Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK setempat, termasuk laptop dan mobil dinas.
Sepertinya Indonesia harus lebih banyak lagi menimba ilmu ke India, Korea dan Jepang misalnya. Ternyata kini, India perlahan-lahan menjadi negara industri yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. India berhasil menciptakan produk-produk industri yang bisa dibanggakan seperti di bidang otomotif. Wakil Ketua Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur mengatakan Indonesia patut mencontoh India terkait mencintai produk dalam negari.
Pasalnya, langkah kampanye 100% Cinta Indonesia oleh pemerintah dianggap tak efektif. "Di India. Walaupun jelek, apa segala macam tetap aja pakai Carry, Tata truknya. Memang begitulah, tapi karena dia semangat dalam negerinya akhirnya sekarang dia bisa memproduksi mobil US$ 3000 (Tata Nano).
Menurut Natsir harus ada langkah konkret untuk 2012 antara lain memperbaiki regulasi-regulasi, harmonisasi aturan dan semua belanja APBN harus menggunakan produk dalam negeri (Detik.com, Kamis 22/12/2012).
Indonesia memang pernah mendapat angin segar ketika industri otomotif sedang bergeliat; mobil Timor dan produk kendaraan bis dan truk yang dibuat oleh PT. Texmaco setidaknya telah menunjukkan produk asli buatan Indonesia. Tetapi akhirnya gulung tikar juga karena tidak digarap dengan serius (rizaldp.wordpress.com).
Pendapat umum mempersepsikan penguatan produk-produk lokal harus mendapat dukungan yang serius, baik itu dari sisi promosi, bahan baku, finansial, dan sumber daya. Namun demikian, dukungan tidak akan menjadi berarti jika tidak ada pasar yang membeli. Katakanlah anak-anak Indonesia telah berhasil membuat alat elektronik buatan asli Indonesia, tapi jika di pasaran tidak diminati bahkan oleh orang lokal sekalipun, terus mau apa? Barang-barang itu tidak akan dikembangkan lagi.
Sama halnya ketika membuat jargon "cintai produk Indonesia", tapi malah belanja produk luar negeri. Terlebih lagi untuk barang elektronik dan mesin. Yang pasti, orang Indonesia belum begitu percaya dengan produk lokal (elektronik dan mesin). Orang Indonesia masih mengandalkan dan merasa lebih nyaman menggunakan produk Jepang dan Eropa.
Menurut Azrur Rusydi pemerintah Indonesia perlu mencontoh China. Pemerintah China terbukti sangat mendukung dan turut mengembangkan produk dalam negerinya. coba lihat, China punya segalanya. Ketika Apple meluncurkan produk Iphone, pemerintah China tidak mau masyarakatnya bergantung dengan produk negeri lain. China menciptakan telepon pintar yang setara dan 99 persen sama dengan Iphone, tentu dijual lebih murah dibandingkan Iphone.
Bahkan lebih ekstrim, sebagian produk-produk luar negeri tidak boleh beredar di China, Misal: Facebook. Ketika datang ke China, jangan kaget kalau tidak dapat mengakses jejaring sosial terbesar itu. China punya jejaring sosial Renren, jejaring sosial yang sama dengan facebook. Upaya itu untuk mengembangkan potensi dan sumber daya lokal masyarakat China (Azrur-rusydi.net, Kompasianer, 08/01/2012).
Perspektif keberpihakan (lebih dari sekadar peduli, apalagi cuma basa-basi) pemerintah sangat membantu bahkan mungkin Indonesia akan lebih baik daripada penduduk China. Kenapa? Karena Indonesia punya potensi modal sosial dan sumber daya alam ditambah faktor lebih bebas dengan Demokrasi yang dimiliki. Apalagi kalau pemerintah pro dengan sumber daya yang ada.
Ketika itu, pasti produk lokal akan lebih digunakan oleh masyarakat karena tidak kalah dengan kualitas produk asing, pengusaha lokal tidak menjerit kebangkrutan, pasti Indonesia juga akan maju dan tidak bergantung dengan negeri lain. Sejatinya masyarakat Indonesia itu masyarakat yang pintar, hanya saja belum ada dukungan dari pemerintahnya?
Momentum Penguatan Produk Lokal
Mobil Nasional Esemka harusnya digunakan sebagai momentum penguatan produk lokal. Esemka tidak sekadar sebatas euforia belaka, apalagi diusung sebagai komoditas politik sesaat. Pemerintah harus mengambil inisiasi kebijakan lintas sektoral untuk mewujudkan kebangkitan produk lokal. Pasalnya, realisasi untuk membuka pintu kebijakan teknis pengembangan penguatan produk lokal akan berhadapan dengan berbagai tantangan mulai dari minimnya akses pembiayaan hingga resistensi produsen berskala global yang selama ini telah bercokol dan mencengkeram pasar nasional (Media Indonesia, Kamis, 26/01/2012, hal. 18).
Perlu dukungan politik yang besar untuk melindungi esemka dan produk lokal lainnya. Pemerintah mesti melakukan secara cara guna mengembangkan mobil nasional. Sebagai perbandingan, ketika warganya berinisiatif mengembangkan mobil nasional sejak 1955, pemerintah Korea Selatan dengan cepat mengeluarkan kebijakan mempromosikan mobil nasional pada 1962.
Tak itu saja, pada tahun yang sama, pemerintah Korea Selatan menerbitkan Peraturan Pemerintah yang melindungi industri yang masih bayi itu. Empat tahun kemudian Hyundai Motor Company berdiri. Berkaca dari apa yang terjadi di Korea dan banyak negara produsen otomotif -bahkan AS secara konsisten melindungi kelangsungan hidup General Motors- adalah amat wajar jika pemerintah RI juga tak membiarkan inovasi lokal berjuang sendirian di rumahnya sendiri (www.bisnis.com)
Di sisi lain, memberi pemahaman ke alam bawah sadar konsumen juga perlu terus menerus dilakukan dan itu harus dilakukan sejak dini, dimulai dari ruang keluarga atau meja makan. Dalam hal menghadapi perdagangan bebas, tidak hanya pemerintah dan pengusaha lokal yang perlu dipersiapkan.
Hal yang tidak kalah penting adalah menyiapkan perilaku konsumen. Konsumen harus dibekali informasi dan pemahaman yang cukup tentang perdagangan bebas, sehingga konsumen terinformasi implikasi setiap pilihan konsumen terhadap perekonomian nasional. Harus ada pemahaman dibenak konsumen apabila membeli barang import, yang diuntungkan adalah pelaku usaha dan dunia usaha negara tempat produk tersebut berasal.
Sebaliknya dengan membeli/mengonsumsi produk lokal, konsumen telah memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi nasional. Untuk menjadikan konsumen sebagai pelaku pasar yang bertanggungjawab, konsumen harus terinformasi. Termasuk terinformasi tentang implikasi/dampak dari pilihan konsumen akan suatu produk.
Dengan konsumen dibekali informasi yang cukup, konsumen dapat menjadi pelaku pasar yang bertanggungjawab, termasuk tanggung jawab bahwa pilihan konsumen berdampak positif terhadap penguatan ekonomi nasional.
Senantiasa perlu ada upaya untuk membangun kesadaran kritis konsumen, sehingga konsumen dapat menjadi pelaku pasar yang mendukung dan memperkuat ekonomi nasional. Memperkuat produk lokal yaitu dalam bentuk menjadikan pertimbangan produk dalam negeri dalam menentukan ketika membeli atau menjatuhkan pilihan atas suatu produk.
Memang agar bisa bersaing dengan produk luar, maka kualitas, kuantitas dan kontinuitas kemasan dari produk lokal harus diperhatikan dengan baik. Ketersediaan barang harus ada secara terus menerus dalam jumlah yang cukup atau kuantitas yang memadai sehingga bisa bersaing dengan produk yang datang dari luar,
Karena kebutuhan orang tentu ada saja, maka ketika orang membutuhkan barangnya juga harus ada. Guna menyokong itu diperlukan setidaknya dua sisi yang harus selalu mendapat perhatian produsen yakni kemasan yang bagus dan menarik.
Tetapi tak kalah penting juga isinya yang harus terjamin dan baik? Kalau itu terpenuhi maka penguatan produk lokal, tidak sekadar euforia lagi. Nasionalisme yang ada bukan pula semu alias basa basi, tapi nasionalisme sejati bakal dapat diraih. Insya Allah dan semoga Indonesia tetap tuan rumah di negeri sendiri. Amin...!!***
Sumber Referensi :http://www.analisadaily.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
0 komentar to “Mobil Esemka dan Momentum Penguatan Produk Lokal”
Posting Komentar